Tinjauan Teori tentang Persepsi

Persepsi merupakan proses dimana seseorang memperoleh stimulus atau rangsangan dari lingkungannya yang ditangkap melalui alat indera yang melibatkan faktor pikiran dan emosi sehingga menjadi sesuatu yang bermakna dan menimbulkan respon tertentu. Menurut Atkinson et.al. (1997: 201) persepsi adalah suatu proses dimana terjadi pengorganisasian dan penafsiran pola stimulus dalam lingkungan. Prosesnya adalah, stimulus yang diindera oleh individu kemudian diorganisasikan dan diintepretasikan, sehingga individu menyadari/mengerti tentang apa yang diindera tersebut. 

Menurut Thoha (2002: 123) persepsi didefinisikan sebagai proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Sedangkan Irwanto (2002: 71) menyatakan persepsi adalah proses diterimanya rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti karena persepsi bukan sekedar penginderaan. Dengan demikian dalam pembentukan persepsi terjadi proses penerimaan dan penafsiran terhadap stimulus yang diindera oleh individu yang bertujuan memberikan arti terhadap stimulus tersebut. Robbins (2001: 124) menyatakan bahwa tujuan dari penginterpretasian atau penafsiran stimulus adalah ketika individu mempersepsikan sesuatu agar stimulus itu dapat memberi makna kepada lingkungan mereka. 
Proses pemberian arti melalui pengorganisasian dan penafsiran rangsangan akan mempengaruhi perilaku individu sebagai bentuk respon terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungannya. Semakin baik pengorganisasian yang dilakukan dan semakin komprehensif penafsiran yang diperoleh maka akan semakin baik pula respon terhadap rangsangan tersebut dan begitu juga sebaliknya. 

Dari pengertian di atas dapat diuraikan bahwa proses pembentukan persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 

1. Penerimaan rangsangan 

Pada proses ini seseorang menerima rangsangan dari luar (objek, situasi maupun peristiwa) yang diterima oleh inderanya baik itu penglihatan, pendengaran, perasaan maupun penciuman. 

2. Proses menyeleksi rangsangan 

Rangsangan yang diterima oleh seseorang terkadang begitu banyak dan bervariasi. Pada proses ini rangsangan yang diterima diseleksi berdasarkan seberapa menariknya rangsangan tersebut untuk diberikan perhatian yang lebih. 

3. Proses pengorganisasian 

Rangsangan yang sudah diseleksi kemudian diorganisasikan dalam bentuk yang mudah dipahami untuk kemudian dilakukan proses selanjutnya. 

4. Proses Penafsiran 

Pada proses ini dilakukan penafsiran terhadap rangsangan yang sudah diseleksi untuk mendapatkan arti dan informasi. 

5. Proses Pengecekan 

Setelah diperoleh arti atau makna dari informasi yang ditafsirkan, kemudian dilakukan pengecekan yang intinya adalah melakukan review terhadap kebenaran informasi tersebut. 

6. Proses reaksi 

Proses ini sudah mengarah pada bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap informasi yang diperolehnya. 

Sesuai dengan teori dan tahapan persepsi dapat disimpulkan bahwa pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh pengamatan dan penginderaan terhadap proses berpikir yang dapat mewujudkan suatu kenyataan yang diinginkan oleh seseorang terhadap suatu obyek yang diamati. Dengan demikian persepsi merupakan proses transaksi penilaian terhadap suatu obyek, situasi atau peristiwa. 

Walgito (1991) mengemukakan terdapat 3 (tiga) aspek utama dari persepsi, yaitu : 

1. Kognisi 

Aspek kognisi menyangkut komponen pengetahuan, pandangan, pengharapan cara berpikir/mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman masa lalu serta segala sesuatu yang diperoleh dari hasil pikiran individu pelaku persepsi. 

2. Afeksi 

Aspek afeksi menyangkut komponen perasaan dan keadaan emosi individu terhadap objek tertentu serta segala sesuatu yang menyangkut evaluasi baik buruk berdasarkan faktor emosional seseorang. 

3. Konasi atau psikomotor 

Aspek konasi/psikomotor menyangkut motivasi, sikap, perilaku atau aktivitas individu sesuai dengan persepsinya terhadap suatu objek atau keadaan tertentu. 

Persepsi bersifat tidak statis melainkan berubah-ubah atau dengan perkataan lain sifatnya relatif atau tidak absolut, tergantung pada pengalaman sebelumnya, sehingga akan menghasilkan suatu gambaran unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Luthans (2006: 194) yang menyatakan persepsi merupakan proses kognitif kompleks yang menghasilkan gambaran dunia yang unik, yang mungkin agak berbeda dengan realita. 

Proses pembentukan persepsi pada individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Robbins (2001: 89) mengatakan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam membentuk persepsi seseorang dapat berada pada pihak pelaku persepsi (perceiver), dalam obyeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan. Secara ringkas ketiga faktor tersebut, dilihat dalam gambar berikut. 

Gambar 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi 


Sumber: Robbins (2001: 90) 

1. Pelaku Persepsi/Pemersepsi 

Bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. Faktor-faktor yang dikaitkan pada pelaku persepsi mempengaruhi apa yang dipersepsikankannya. Di antara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). 

2. Target/Objek Persepsi 

Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk cara kita memandangnya. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Thoha: 2002: 126); dari faktor hal baru, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian. Obyek atau peristiwa baru dalam tatanan yang baru akan menarik perhatian pengamat. 

Gerakan (moving), prinsip gerakan ini menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari obyek yang diam. Dari gerakan suatu obyek yang menarik perhatian seseorang ini akan timbul suatu persepsi. Sementara dari faktor ukuran, menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu obyek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami. Bentuk ukuran akan mempengaruhi persepsi sesorang dan dengan melihat bentuk ukuran suatu objek orang akan mudah tertarik perhatiannya yang pada gilirannya dapat membentuk persepsinya. 

3. Situasi 

Situasi yang meliputi waktu, keadaan/tempat kerja, keadaan sosial dapat mempengaruhi persepsi kita. Seperti yang dikemukakan oleh Walgito (2002: 47), bahwa lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah manusia. Objek dan lingkungan yang melatarbelakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang berbeda. 

Persepsi pada masing-masing individu memiliki kecenderungan berbeda satu dengan yang lainnya. Pareek (1984: 13) mengemukakan ada 4 (empat) faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, yaitu : 

1. Perhatian 

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar dapat ditangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian biasanya hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita. 

2. Kebutuhan 

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan yang sifatnya menetap maupun kebutuhan yang sifatnya hanya sesaat, dimana masing-masing orang memiliki kebutuhan yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. 

3. Kesediaan 

Kesediaan adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dahulu. 

4. Sistem Nilai 

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.