Tinjauan Teori tentang Sikap

Menurut Kreitner dan Kinicki (2005), sikap sebagai kecenderungan merespons sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan suatu objek tertentu. Dengan demikian dalam sikap sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Menurut Robbins (2008: 92), bahwa sikap (attitude) merupakan pernyataan evaluatif, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan terhadap objek, individu atau peristiwa. Sedangkan menurut Riva’i (2003: 246) bahwa sikap adalah suatu kesiapan untuk menanggapi suatu kerangka yang utuh untuk menetapkan keyakinan atau pendapat yang khas serta sikap juga pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan mengenai objek, orang atau peristiwa. 

Dengan demikian, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon rangsangan/objek tertentu atau dengan kata lain sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk merasa dan bertindak sebagai bentuk respon dari rangsangan atau objek tertentu yang ada di sekitarnya. Jadi sikap belum merupakan suatu tindakan/aktivitas, akan tetapi merupakan faktor predisposisi bagi seseorang untuk berperilaku. 


Menurut Luthans (2006: 236), pada dasarnya sikap ditandai dengan 3 (tiga) cara yaitu : 

  1. Sikap cenderung bertahan kecuali ada sesuatu yang dapat dilakukan untuk mengubahnya. 
  2. Sikap dapat mencakup rangkaian dari yang sangat disukai sampai yang sangat tidak disukai. 
  3. Sikap diarahkan pada beberapa objek dimana orang memiliki perasaan (kadang-kadang disebut pengaruh) dan kepercayaan. 
Azwar (2005) menyatakan bahwa komponen sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu : 

1. Komponen Afektif (komponen emosional) yaitu komponen yang berhubungan dengan perasaan dan emosi tentang seseorang atau sesuatu baik yang positif maupun negatif dan banyak dipengaruhi oleh apa yang kita percayai sebagai sesuatu yang benar terhadap objek tersebut. 

2. Komponen Kognitif (komponen perseptual) yaitu sikap yang mengandung pemikiran atau kepercayaan seseorang atau sesuatu objek dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain. 

3. Komponen psikomotorik (komponen perilaku) yaitu sikap yang terbentuk dari tingkah laku seseorang dan perilakunya yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya. 

Lebih lanjut Luthans (2006: 238) menyatakan bahwa dari 3 komponen sikap tersebut, hanya perilaku yang dapat diamati secara langsung, sedangkan 2 (dua) komponen lainnya yaitu emosi dan informasi tidak dapat diamati akan tetapi hanya dapat diduga. 

Sikap terbentuk dari adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis yang ada di sekelilingnya. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang yang berpengaruh, media massa, institusi pendidikan maupun lembaga agama. Dengan perkataan lain, sikap merupakan perubahan yang meniru perilaku orang lain karena orang lain tersebut dianggap sesuai dengan dirinya (Azwar, 2005). 

Sikap memiliki fungsi sebagaimana disebutkan dalam Luthans (2006: 238) diantaranya adalah : 

1. Fungsi penyesuaian 

Sikap sering membantu orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan meminimalisir adanya ketidaksesuaian. 

2. Fungsi pertahanan ego 

Sikap membantu seseorang menyesuaikan diri dan sikap juga membantu mereka mempertahankan citra diri. 

3. Fungsi mengekspresikan nilai 

Sikap memberikan dasar pengekspresian nilai individu. 

4. Fungsi pengetahuan 

Sikap membantu menyediakan standar dan kerangka referensi yang memungkinkan orang untuk mengelola dan menjelaskan dunia di sekitarnya. Sikap biasanya memiliki dua arah kecenderungan yaitu positif dan negatif. Sikap yang positif mampu menggerakkan seseorang untuk mendukung suatu objek, situasi atau kondisi yang berlaku di sekitarnya, begitu juga sebaliknya apabila sikap cenderung negatif maka akan menggerakkan seseorang untuk menentang objek, situasi atau kondisi yang ada. Untuk itu harus dilakukan upaya untuk mengubah sikap yang negatif tersebut ke arah yang positif. Luthans (2006: 241) mengatakan bahwa untuk mengubah sikap negatif salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan informasi yang cukup kepada seseorang yang memiliki sikap negatif