Ketika Listrik menjadi problematika yang tak kunjung selesai

Listrik, memang bukan termasuk golongan sembako yang apabila tidak dipenuhi akan mempengaruhi kelangsungan hidup seseorang. Namun ketika ketersediaan energi listrik tidak terpenuhi ternyata cukup membuat risau atau dalam bahasa gaul saat ini adalah galau. Semenjak saya menjejakkan kaki di Bumi Sekundang Setungguan ini pada tahun 2005 yang lalu permasalahan supply energi listrik yang kurang sudah terjadi, atau sudah terjadi bertahun-tahun sebelumnya, saya tidak tahu persis.

Banyak dari masyarakat yang kemudian berteriak tentunya melalui media seperti koran, mengeluhkan terjadinya mati lampu. Banyak juga para pelajar yang terganggu belajarnya karena mati lampu. Bahkan karena saking seringnya mengalami mati atau karena distribusi listrik yang tidak merata di beberapa wilayah listriknya lebih banyak matinya daripada hidupnya, telah terjadi aksi demo masyarakat dengan membawa alat-alat elektronik mereka yang telah rusak karena daya listrik sekarat antara hidup dan mati, dan bahkan terkadang berbuntut aksi pengrusakan pada kantor cabang PLN Ranting Manna.

Apabila kita melongok sebentar ke Ibu Kota beberapa waktu lalu tepatnya pada tanggal 31 Maret 2012, dilakukan kampanye Earth Hour dengan mematikan lampu dan peralatan listrik selama satu jam mulai pukul 20.30-21.30 WIB. Informasinya kegiatan ini bermanfaat untuk penyelamatan bumi disamping juga untuk menghemat pemakaian energi yang apabila dikalkulasi dengan rupiah bisa menghemat ratusan juta. Nah kalau kemudian kita bandingkan di Bengkulu Selatan pemadaman listrik bisa terjadi berjam-jam, maka seharusnya Kabupaten Bengkulu Selatan sudah kaya raya :-) :-)

Berbagai upaya telah coba dilakukan untuk mengatasi permasalahan kurangnya supply energi listrik dan kami sebagai masyarakat sangat mengapresiasi, diantaranya adalah dengan mengundang investor untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Micro Hydro (PLTMH). Namun sampai sekarang belum juga ada informasi yang mengatakan pembangunan tersebut selesai dan siap operasi. Wallahua'lam kendalanya apa dan hambatannya apa hingga belum selesai, yang jelas itu adalah rahasia yang tidak tertangkap telinga kami masyarakat.

Kemarin tepatnya satu atau dua tahun yang lalu, Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkulu Selatan mengupayakan interkoneksi dari Lampung ke Sumatera Selatan. Pada saat berkumandangnya wacana ini masyarakat Kabupaten Bengkulu Selatan seolah mendapatkan angin segar dan harapan baru akan datangnya pencerahan seperti apa yang diucapkan oleh Ibu Kita Kartini "Habis Gelap Terbitlah Terang". Apalagi setahun yang lalu Pemerintah Daerah sempat menyampaikan bahwa pada awal tahun 2012 interkoneksi sudah selesai, namun sampai saat ini Kabupaten Bengkulu Selatan belumlah terang (ter-interkoneksi.red). Interkoneksi belum selesai, dari berita yang dirilis oleh media di Bengkulu Selatan banyak kendala yang dihadapi untuk merampungkan pemasangan infrastruktur yang mendukung interkoneksi tersebut, seperti ketidakmauan beberapa penduduk yang tanahnya ditanami besi menara saluran udara tegangan ekstra tinggi (sutet.red), dan lain sebagainya.

Tentunya harapan dan do'a selalu terpanjatkan kepada Illahi Rabbi agar pekerjaan interkoneksi segera bisa dirampungkan dan interkoneksi bisa segera nyambung sehingga Bengkulu Selatan bisa "TERANG"